ini cerpen kaya sendiri lhooo.. monggo bisa dibaca dan minta kritiknya ;)
Pelangi
antara Langit Indonesia-Turkey
Dunia
maya. Kata orang memang inilah dunia yang setengah nyata. Dan disini aku mulai
mengenalmu. Lelaki eropa di sebuah Negara yang amat cantik bernama Turkey.
Perkenalan yang singkat ternyata membawa sebuah kesan. Aku mulai mengenalmu
lebih jauh. Mahasiswa muslim berusia 21 tahun di sebuah universitas ternama di
Eskisehir. Setiap harinya pengetahuanku tentang Turkey bertambah.
Diceritakannya tempat-tempat wisata yang terkenal, makanan-makanan khasnya,
serta sedikit-sedikit aku mulai belajar bahasa yang ia gunakan untuk mengobrol
dengan teman-temannya. Aku mulai memberi
perhatian padanya. Bukan tanpa alasan, itupun karena ia memberi perhatian
khusus juga terhadapku. Aku selalu tahu bagaimana kabarnya kala itu.
Hingga
ramadhanpun tiba, bulan suci nan indah serta berkesan untukku. Aku mulai memahami
perbedaan waktu selama empat jam memberi warna yang menarik bagi ramadhan kali ini.
Durasi berpuasapun menjadi bumbu tersendiri. Aku mulai terpikat olehnya.
Sesosok mahasiswa muslim yang tak terduga.
Tak
terasa, kini sudah satu tahun lebih aku mengenalnya. Agustus telah bertemu
Agustus malah hampir masuk September.
Dan aku masih tetap selalu berbagi cerita dengannya. Aku telah mengetahui wajah
adik perempuannya lewat foto yang ia kirimkan ketika ia mudik ke Istanbul,
kampung halamannya. Aku tahu kemana ia menghabiskan waktu luang bersama
teman-temannya. Bagaimana indahnya Mesjid Sultan Ahmed, Bosphorus,
universitas-universitas terkenal turkey yang ia tawarkan kepadaku ketika aku
lulus dari SMA.
Hingga
satu ketika, ponselku berdering. Ia memberi kabar seperti biasa. Namun, kabar
yang ia berikan membuatku sulit bernafas. Dia telah memiliki kekasih. Aku
dikirimi foto kekasih barunya. Cantik memang, berhijab, namanya Elif.
Aku
bagai sebuah daun yang sedang tumbuh menghijau namun seseorang memetiknya.
Walau mahasiswa muslim itu tetap memberi kabar untukku, menanyakan keadaanku,
kini angin Turkey terasa berbeda. Aku tak lagi terhanyut dalam indahnya Turkey
yang diceritakannya. Sesekali aku tanya bagaimana hubungannya dengan Elif,
hubungannya selalu baik-baik saja. Hingga akupun merasa terlalu bodoh
menanyakannya. Lalu diceritakannya betapa perjuangannya harus menempuh jarak
300 km hanya untuk bertemu dengan Elif, betapa dia rela tidak tidur hanya untuk
meneleponnya. Aku tahu perasaanku kala itu. Terlalu sakit.
Dia
sosok lelaki Turkey, aku seorang wanita Indonesia. Jarak memang menjadi
kendala. Kita sering membicarakannya. Tak jarang dia memintaku untuk
mengunjungi Turkey. Akupun begitu. Namun inilah kita, lelaki Turkey dan wanita
Indonesia.
Hingga
akhirnya aku mengenal lelaki lain. Aku dan lelaki Turkey mulai menjauh. Tak ada
kabar setiap harinya. Tak ada cerita tentang apa yang dilakukannya seharian
ini. Cerita dan perhatian kini datang dari lelaki lain, lelaki Indonesia.
Lelaki dewasa yang aku kenal dari acara keluarga di daerah Bandung. Lelaki
dewasa yang sebentar lagi menamatkan kuliahnya.
Aku
tahu maksudnya, ku terima ia sebagai hasil usulan keluarga. Sangat baik memang.
Sebulan berlalu, aku mulai merasa lelaki dewasa itu memiliki aktifitas yang
sangat padat. Aku mencoba mengerti.
Satu
malam yang hening, ponselku berdering. Disana tertulis “I miss you” lalu ku
ketik “I miss you too”. Ya akupun merindukanmu Mahasiswa muslim
Turkey.
Percakapan pun dimulai, tentang apa saja yang dilakukannya selama beberapa
minggu ini ketika aku dan kamu tanpa kabar. Hingga tertulis “Ayni ulkelerde degeliz ama onemlisin”.
Kita memang sering mengobrol menggunakan turkich ataupun dalam bahasa. Memang
sangat merepotkan karena harus translate di google. Tapi itu menyenangkan. Ku
coba translate apa yang baru saja ia katakan.
Walaupun
kita berbeda negara, tapi kamu sangat berarti. Itulah setelah kalimat itu ku
translate. Aku tak tahu harus senang atau malah sedih. Malam itu terasa tak
bersuhu. Mahasiswa turkey membanjiri otakku. Ku tanya hubungannya dengan Elif
ternyata baik-baik saja. Lalu apa ini?
Aku tak bisa menyalahkan. Akupun kini mempunyai kekasih, tapi tetap saja
mahasiswa turkey selalu mampu mencuri perhatian.
Kembali
lelaki dewasa Indonesia itupun mulai intensif menghubungiku. Namun, ia pun
mulai merasa ada yang beda. Ia merasa aku tak seperti dulu yang takkan habis
membicarakan segala hal. Kini ia menyadari bahwa aku hanya bicara apa yang ia
tanyakan saja. Akupun beralasan ia lah penyebabnya. Ialah yang terlalu sibuk
dengan tugas akhirnya. Ia hanya tersenyum dan berkata “maafkan aku”. Apa yang
bisa ku perbuat?
Senja
ini aku hanya ingin menyapa keponakan-keponakanku. Hanya untuk sekedar bermain,
bersenda gurau dan melupakan mahasiswa Turkey maupun mahasiswa Indonesia. Ya,
pura-pura melupakan.
Mahasiswa
Indonesia ternyata menangkap dengan jelas sikapku.
“Ada
apa de? Jujur saja!”
Aku
diam. Hening.
“Kalau
begitu biar Kakak yang bicara. Sebenarnya Kakak tahu sikap ade yang berubah
bukan hanya sekedar karena kakak terlalu sibuk sehingga kurang memperhatikanmu.
Kakak yakin kamu pasti memahami posisi Kakak kala itu. Kamu sudah dewasa de.
Jikalah memang dugaan Kakak ini benar tentang ada alasan lain ade berbuat
seperti ini, bicaralah!”
“Aku
mengenal seorang lelaki turkey satu tahun sebelum aku mengenal Kakak.” Aku
tertunduk. Aku malu.
“Cukup
de. Terima kasih sudah mau jujur. Kakak sudah tahu. Mamah yang bicara.”
Subhanalloh,
Mahasiswa Indonesia tersenyum dengan sangat mempesona. Aku semakin menundukkan
kepalaku. Aku malu. Benar-benar malu.
“Apa
yang ade pikirkan? Turkey memang negeri yang indah. Siapa yang menolak kalau
ada yang mengundang untuk kesana. Mahasiswa Turkey itu telah mengenalmu jauh
sebelum Kakak mengenalmu. Perjuangan terbesar apa yang pernah ia berikan
untukmu? Apakah jarak Turkey-Indonesia lebih berat dari pada Jarak yang amat
dekat tapi tidak tahu kapan akan pernah sampai? Bukankah cinta sejati memang sulit
didapatkan? Inilah bentuk perjuangan Kakak.”
Apa
yang sebenarnya saya alami? Langit Indonesia mengapa begitu tenang? Hati ini
seakan terbang melewati indahnya turkey. Aku memantapkan hati, tak ingin goyah.
Ini yang terbaik untukku.
Bukan karena turkey
tak indah lagi, turkey menjadi tempat perjalanan yang indah untuk sesuatu yang
lebih indah. Kabarnya Mahasiswa turkey kini telah melangsungkan pertunangan
dengan Elif. Akupun tak mau kalah. Esok pagi aku akan dipinang oleh mahasiswa
Indonesia yang kini telah menjadi seorang dokter. Kini aku sedang dalam pesawat
menuju tempat dokter itu akan menjadikanku istri sahnya. Sebuah negara bernama
Turkey.
Wah, pengalaman sendirikah... Sampai pakai bahasa turki sgala :))
BalasHapussedikitnya iya :)
Hapusehem ... :')
BalasHapus