Hidup
ini memang ajaib. Bukan tidak percaya takdir, tapi takdir yang tak mudah
dipercaya. Bicara tentang takdir, bicara tentang segala peristiwa kehidupan. Tentang
pencapaian, kegagalan, kematian, pertemuan, juga perpisahan.
Ketika
kala itu kau bertemu seseorang dan dia menjadi kekasihmu, lalu beberapa tahun kemudian
dia sudah tidak menjadi kekasihmu, berbaik sangkalah. Bukannya kau tengah
dipermainkan takdir, melainkan takdir tengah menujukkan keajaibannya pada
hidupmu.
Bagaimana
bisa “Dulu kau segalanya, tapi kini apa
artinya?”. Peristiwa hidup tidak sama seperti angin yang memberikan sejuk
ketika datangnya saja lalu pergi begitu saja beriringan dengan kepergiannya.
Gajah
mati meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan belangnya, setidaknya
manusia mati meninggalkan namanya. Nama bukan sesuatu yang sama seperti angin.
Nama akan mempunyai banyak arti berbeda disetiap orang. Ambillah sebanyak-sebanyaknya
ilmu dari yang ditunjukkan takdir.
Dalam
hidupmu, sesuatu yang berakhir tidak lantas sama seperti angin yang pergi. Tak bisa
kuanggap pertemuan denganmu hanya kilasan angin, seperti katamu.
Sebait puisi senja kala rindu tertutupi ruang, sepenggal cerita usang yang berubah menjadi kenang. Ungkap nyata diantara beribu tanya yang menyesaki dada, kenapa? mengapa? ungkap kabar berita darinya yang dulu selalu ada. Beribu kisah usang yang pernah tercipta, ternyata hilang begitu saja tertiup, terbang, melayang sampai akhirnya hilang seperti kilasan angin.
BalasHapusMungkin kamu tak sempat tanya kenapa aku pergi? bukan untuk berlari. Ya, aku hanya tahu kapan aku harus pergi dan kapan aku harus kembali. Setidaknya saat ini aku tahu ruang pekat diantara kita menutupi segala hasrat rasa diantaranya. Menyelusup diantara langkah kita berdua.
Kini kita harus berjalan tanpa arah yang tak lagi sama, kau berjuang dengan segala keinginan dan egomu, aku berjalan dengan kepastian dan keyakinanku........
Apakah aku diijinkan bertanya, Tuan? Mengapa baru sekarang kau memberi penjelasan walau bersamaan dengan kata perpisahan?
HapusTuan,
Yang aku tahu, kepergiaan seseorang memang akan selalu menyakitkan walaupun direncanakan. Apalagi kepergiaan yang tanpa peringatan seperti yang kau lakukan. Hingga dada begitu sesak disetiap nafas dalam detak ketika aku mengingatmu. Hingga air mata begitu deras saat otakku menampilkan berjuta kenangan saat bersamamu yang enggan lenyap begitu saja bersamaan dengan kepergianmu yang begitu tega.
Tuan,
Waktu yang kau anggap tepat, bolehkah kau gambarkan kapan itu? Setahun lalu adalah saat kau pergi. Lalu, kapan rencananya kau kan kembali? Akan aku kabarkan satu hal untukmu. Kini, inginku hanya hidup bersamamu, egoku tlah terkubur demi kebahagiaanmu.
Tuan,
Sungguh, rindu itu amat menyakitkan. Jadi, tolonglah aku! Obati rinduku atau racuni saja tubuhku sampai aku mati rasa dan benar-benar amnesia.
Entah, mungkin rasa itu tlah berubah atau membatu, mengeras, dan mungkin perlahan hancur diterpa kucuran kenangan pahit saat itu. Saat- saat terendah dari sisi tergelap dihidupku selalu membayang datang menyelimuti pikiran. Aku yang saat itu terombang oleh perasaan bersalahku hingga akhirnya aku harus mencari jalanku sendiri menuju fana.
BalasHapusEntah, langkah apa yang harus aku pilih saat itu, kaupun tak memberi penjelasan apapun padaku. Aku bingung, aku lelah dan aku harus tetap melagkah. Apapun pilihan yang aku jalani semoga bisa menjadi yang terpilih untuk kita.
Maaf yang ku ucap saat ini mungkin tak akan bermakna, setidaknya aku menyadari apa yang tlah aku ungkap. Jauh dari sini, aku titip salam rinduku yang tak sempat terucap, semua mimpi yang pernah kita cipta bersama, serta kenang yang selalu menyadarkanku akan mimpi indah yang kita usahakan.
Entah aku harus kembali ataupun melanjutkan apa yang tlah ku jalani saat ini. Rinduku juga menyeruak memenuhi ruang rindu yang gelap. Aku diantara fana dan nyata. Terhimpit sesak mengurung jiwa sendiri. Aku titipkan segala mimpi dan harapan dalam bayangmu yang penuh kenang.
Tetap tegak, berdiri, dan hadapi semua pelik liku hidup ini.......
Lanjutkan semua asa yang sempat kita rajut, teruskan semua mimpi yang sempat kita cipta
Doaku sebagai jembatanmu menuju jalan kesuksesan meraihnya.....
Titip rindu untukmu yang terkasih :)
Pada akhirnya aku dan kamu hanyalah aku dan kamu.
HapusPada akhirnya aku yang selalu menunggu sedangkan kamu yang hanya berdiam diri tak tahu malu.
Pada akhirnya, aku tertunduk atas kemenangan rasa takutku. Rindumu semu, dan aku yakin soal itu. Hatimu tak mampu lagi merasa, logikamu berhenti bekerja. Hingga kau begitu kaku tuk sekedar merasakan dan memikirkan tentangku.
Pada akhirnya cintaku berakhir dengan tak indah sama sekali. Maafkan aku jika aku terlalu emosi.
Aku tak ingin mengucap terimakasih atas apa yang menjadi doamu.
Pada akhirnya, kamu terlalu jahat padaku, Tuan.
Apapun yang tlah terjadi kubiarkan semua berlalu begitu saja menghampiri dan membebani akal pikiran ini. Sempatku berpikir untuk bertahan dalam penantian, namun kau tak kunjung juga memberi kepastian, kapan? apa? dan bagaimana harus aku lakukan semuanya. Kini yang tersisa hanya perantara rindu yang terbawa angin. Pekat, erat dan perlahan lenyap.Namun satu titipku padamu, kau harus temukan sebuah cinta yang lain, yang tak seperti aku yang jauh dari harapanmu.Aku yang sekarang tlah menjadi satu sosok yang bermetamorfosis dari bayang gelap menuju makhluk. Aku mencoba untuk semuanya baik saja, rindumu sempat sampai pada pelupuk mata, namun tak sempat aku sisipkan rasa didalamnya. Biarlah kita yang tahu jalan kita sendiri
BalasHapusSelamat tinggal. Semoga tak kutemui dirimu lagi walau dalam sekedar mimpi, lamunan, bahkan ingatan.
Hapussemoga bahagia selalu menyertai langkah dan harapmu, salam rindu.
Hapus